KELUAR DARI MISKIN ~ FKPQ Klari Karawang






Senin, 16 Juli 2018

Filled Under:

KELUAR DARI MISKIN

KELUAR DARI MISKIN
Anda semua tahu bagaimana Lalu Muhammad Zohri keluar dari cengkraman kemiskinan?
Keluar dari miskin justru berbalikan dari persepsi Anda bahwa entas dari miskin berarti butuh bantuan dan pemberian. Lalu M. Zohri sehari-hari hidupnya dicekam keterbatasan, namun yang ada pada mentalnya adalah "memberi pada negara". Pemerintah RI dan warga negaranya tidak dia akses sebagai pihak yang harus membantu dan memberi padanya, tapi pihak yang harus dia bantu dan dia beri.
Apalagi mengharap diberi gaji tetap sebagai atlit, beli sepatu atletik pun Zohri harus hutang duit, untuk berangkat ke Finlandia ikuti Kejuaraan Dunia Atletik lari 100 meter U-20 2018, dia tidak diberi uang saku oleh negara, hanya biaya pesawat yang ditanggung negara.
Dia sendiri dalam keterbatasan, tapi satu sisi dia harus memberi. Coba Anda bayangkan, andai untuk makan sehari-hari saja Anda kekurangan, Anda malah dituntut untuk menyejahterakan dhuafa. Puyeng?
Banyak orang menyangka keluar dari miskin berarti dapat bantuan, berarti dapat uluran tangan, berarti dapat pertolongan, berarti diberi. Makanya mereka yang merasa miskin ramai-ramai ajukan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), ramai-ramai ajukan Raskin (Beras Miskin), ramai-ramai ajukan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), ramai-ramai cari subsidi negara, karena mereka merasa itulah "jalan keluar" entas dari kemiskinan.
Ternyata untuk keluar dari miskin cara kerjanya terbalik, bukan? Justru untuk keluar dari miskin, Anda harus memberi. Zohri terus memberi pada negara, dia punya kaki, walaupun tidak bisa beli sepatu tapi terus berlatih lari. Seantero negara, dari presiden sampai ketua RT beserta seisi warganya oleh Zohri diberi medali emas kejuaraan dunia, ya tentu Anda berterima kasih setulus hati.
Setelah Anda tertengadah menyaksikan pemberian besar Zohri, pada saat itu pula alam semesta mengalirkan kekayaannya pada Zohri dari jalan yang tidak dia sangka-sangka.
Memberi, itu jalan keluar dari miskin. Ingin entas dari miskin dengan mengandalkan SKTM, subsidi listrik, subsidi BBM, subsidi gas, rumah DP O%, nuntut gaji besar, incar peroleh zakat dhuafa, incar hajatan agar dapat kondangan, payah lagi tanpa malu minta-minta dan mengemis, ya jelas hasilnya makin miskin.
Kekayaan itu di dalam diri Anda, bukan di luar diri Anda. Kemarin ada sahabat saya, datang ke rumah dan mengadu, "Aneh, saya buka rumah makan di pusat keramaian dan sangat strategis, tapi kok bangkrut ya, Gus? Benar-benar, Gus, kekayaan itu di dalam hati. Pusat keramaian seperti itu, kok saya bangkrut. Itu si A dagang gula merah di daerah pegunungan yang sepi malah kaya raya. Saya jadi paham, andai Bill Gates ditempatkan di daerah pedalaman bersama suku tertinggal, niscaya dia juga jadi kaya raya, karena memang kaya itu di dalam diri," ungkapnya penuh sadar.
قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Rasulullah S.A.W berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati. Sedangkan fakir adalah fakirnya hati.” (H.R. Ibn Hibban)
Berhati kaya akhirnya bertindak kaya. Orang kaya tidak pernah mendapat santunan tapi dia memberi santunan. Maka ini berhati kaya cirinya Anda akan berupaya memberi dan membantu tiada henti, kepuasan hati Anda jika sudah memberi.
Jangan mengharap 3 bulan mengganti mentalitas miskin Anda menjadi mentalitas kaya, lalu itu akan mengubah nasib Anda. Lalu M. Zohri, sebelum memberi medali emas tingkat internasional kepada negara, dia sudah puluhan kali memberi prestasi atletik baik tingkat daerah, nasional maupun tingkat Asia. Dan dia sendiri memberi prestasi-prestasi itu dalam keterbatasan finansial. Ya sejak SMP dia berikan prestasi atletik terbaik untuk negara. Baru di kelas 3 SMA, di usia 18 tahun, pemberiannya pada negara berefek kekayaan baginya.
Jadi, jangan dikira Anda sudah aktif sedekah, sudah aktif mengajar tanpa pamrih, sudah aktif membantu orang tua, lalu begitu saja Anda dikayakan oleh alam semesta. Ada proses Anda harus dibanting kanan-kiri. Baru saja sedekah, malahan kehilangan pekerjaan. Baru saja menolong, malahan ditipu orang. Sudah kerja tidak dibayar, malahan dijengkeli tetangga, dan lain-lain.
Proses terbanting kanan-kiri harus ada, sebab orang kaya bukan orang yang dapat santunan gratis, tapi orang kaya adalah orang yang sanggup membayar. Zohri sudah bertahun-tahun memberi prestasi pada negara, namun sekedar uang 100 ribu saja dia masih puyeng mendapatkannya. Dia membayar kekayaan hatinya dengan berbagai bantingan.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.'" (Q.S. Al-Baqarah : 214)
Kalau ingin keluar dari miskin, tindakan yang benar saat Anda miskin adalah berpikir memberi dan membantu, bukan berpikir diberi dan dibantu.
Ingin kaya kok malah pasang wajah "melasi", pasang tangan di bawah, pasang lebel dhuafa, pasang keluhan, ya tidak ada entasnya.
Saya menuliskan ini karena saya memang menjalaninya sendiri. Dari dulu pun syahwat saya pada bisnis itu tidak besar, lebih besar pada syahwat keilmuan.
Saya membesarkan bisnis laundry, apa dengan saya total mengurusi bisnis? Selera bisnis kecil, maka ini saya terhadap bisnis ya urus tidak urus. Cek laundry paling sebulan sekali, memikirkan laundry cuma saat-saat tertentu. Tapi laundry saya berkembang baik dan maju. Lah bagaimana?
Majunya usaha laundry saya itu kompensasi saja dari alam semesta. Dari dulu hingga detik ini pun, profesi saya yang paten ya ngajar ngaji para santri. Ngajar ngaji tentu tidak ada duitnya. Dengan ngaji saya terus menerus memberi kepada yang lain.
Sehari-hari sudah ngaji, masih kadang dihina dan direndahkan orang, masih kadang kesulitan ekonomi sehingga tidak lepas-lepas dari lebel miskin, masih kadang punya hutang, masih kadang dikritik ngajinya tidak memuaskan, dikritik urus ngajinya tidak becus, dan lain-lain.
Tapi keadaan apapun saya tetap ngaji, artinya berupaya memberi dengan ngaji. Hasilnya tanpa saya sadari, usaha laundry menemukan gime-gime kemajuan dari jalan yang tidak pernah saya bayangkan, yang akhirnya sekarang orang-orang di sekeliling saya kesusahan untuk nyatakan saya miskin.
Jadi begitulah cara keluar dari kemiskinan, berpikirlah memberi dan memberi, apapun yang bisa Anda berikan. Yang nyata dan bisa Anda amati sekarang ini Lalu Muhammad Zohri, miskin tapi terus berupaya memberi prestasi baik pada negara, hasilnya berangkat ke Finlandia dia masih miskin papa, pulangnya sudah berkelimpahan harta.[]

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Arsip

Total Tayangan Halaman

Roman

Roman
Bermanfaat sebelum mati

Copyright @ 2013 FKPQ Klari Karawang.